Tuuutt...tuuutt...tuuutt.... Terdengar bungi peluit kereta api yang ingin segera meninggalkan stasiun sore itu. Namun masih ada seorang penumpang lagi yang belum naik. Ia tergesa-gesa mengejar kereta itu. "Lebih cepat sedikit, pak !", si kondektur kereta api berteriak dari pintu gerbong kereta terakhir. Pria tadi segera berlari mencoba mengejar kereta tersebut. "Pegang tanganku, pak!" kondektur kereta berteriak sambil mengulurkan tangan kanannya. Pria tersebut bisa meraih tangan kondektur dan menapakkan satu kakinya ke tangga pintu gerbong kereta api. Namun sial, sebelah sepatunya terlepas dan jatuh di tepi rel saat ia mencoba naik. Melihat sepatunya terlepas, si pria tadi segera melepas sepatunya yang satu lagi dan melemparkannya. Sepatu itu pun jatuh dekat dengan sepatu pasangannya.
"Sayang sekali, pak ! Mengapa anda membuang sebelah sepatu anda yang masih bagus itu ?" tanya kondektur kereta api yang heran dengan tindakan pria tadi. "Yah, bayangkan saja orang miskin yang mengambilnya, orang itu tentu tidak akan bisa memakinya jika sepatu itu hanya satu. Tapi sekarang ada sepasang sepatu disana yang berguna bagi siapapun yang mengambilnya. Dan bila sepatu itu saya simpan pun, tidak akan berguna bagi saya." si pria itu menjelaskan sambil tersenyum. "Lagipula, saya masih punya sepasang di koper saya." lanjut si pria itu. Kondektur kereta api memandang si pria bijaksana itu dengan tatapan kagum.
Dikutip dari buku "Chicken Soup for The Soul : Hadiah Terindah" dengan sedikit pengubahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar